Sunday, February 10, 2013

Romansa Tepi Samudera Hindia (part 1)


“Rif”
“oi”
“jadi siapamu cewe yang tadi sore kau bawa ke kontrakan?”

Waktu itu malem jumat, saat salah seorang dari kawanan perompak memutuskan untuk nraktir temen-temennya ngopi di warkop karena baru dapet rejeki dari proyek BUMN, sebut saja namanya James, cara melafalkan nama tersebut bukan "jeims" kaya’ nama2 orang barat, tapi james aja biasa, je-a-ja, em-e-me, es, jaa-mes. Yang dibahas malam itu adalah seputar isu nasional, teori perubahan sosial, kemandirian pangan, kedaulatan energi, dan gosip tentang Kuma dan Arif yang diduga lagi deketin cewe. 

Kuma memang terang-terangan bermesraan dengan bahasa dan untaian kata bersama anak muda di sebuah situs jejaring sosial, tidak ada yang disembunyikan. Berbeda dengan Arif, dia memiliki kisah yang tidak seorangpun tau kecuali orang2 yang udah selesai baca tulisan ini. Arif adalah tokoh utama dalam cerita ini, pemuda yang ganteee..ng banget (kata emaknya) ini sebenarnya memiliki latar belakang dari keluarga yang taat beragama dan terdidik selama 6 tahun di pesantren, hanya tingkahnya saja yang sedikit tidak mencerminkan hal tersebut.

“namanya idah, itu temen gua waktu naek gunung semeru”
“kayanya dia suka sama kau Rif”
“so’ tau maneh”
“menurutmu dia gimana”
“ya.. Idah anak yang cantik”
“tembak lah”
“males” Arif jawab santai, sambil ngupil.
“ga punya nyali kau Rif”
“orang gua ga mau pacaran ama Idah” masih ngupil, kali ini pake jempol.
“tadi katanya menurutmu dia cantik”
“trus? masa’ semua cewe cantik harus gua tembak?”

Sebelumnya, menjelang petang di hari yang sama, kawanan perompak itu berkumpul di kontrakan Sule untuk ngebahas rencana jalan-jalan ke pantai Pangandaran, sekalian maen ke rumah orangtua Sule di Ciamis. Arif yang baru beli motor dan jarang-jarang keliatan jalan ama cewe, secara mengejutkan datang ke kontrakan memboncengi seorang gadis dengan rok merah muda yang duduk menyamping layaknya bunga desa yang indah dan santun. Sesampainya di kontrakan Sule yang isinya cuma ada cowok-cowok jarang mandi dan berjiwa kurang sehat, Arif mempersilahkan Idah untuk masuk ke kontrakan tersebut, Idah terdiam selama 3,47 detik, dan memasang senyum kaku beserta tawa ringan yang agak dipaksakan sambil sedikit melirik sudut antara pintu kontrakan dan sosok Arif, ekspresi malu-malu seperti itu kadang memang menggemaskan. Jika kau membayangkan sosok perempuan yang menjaga agama dan kehormatannya, seperti itulah Idah, Arif yang mengerti 1001 pertimbangan yang sedang bergejolak di fikiran Idah untuk memasuki sarang penyamun tersebut segera membersihkan tempat duduk yang ada di luar kontrakan kemudian menawarkannya ke Idah, sebagai isarat agar Idah bisa menunggu di luar dulu kalau belum berani masuk ke dalem.

“si Loli sama Udut belom dateng Kum?” Arif menanyakan keberadaan 2 teman perempuannya yang lain yang seharusnya sudah ikut kumpul pada jam tersebut.
“belum, ga tau awak”
“jemput Kum, tuh pake motor gua”
“asik kan awak bisa nyobain motor barumu”

Totalnya ada 8 orang yang akan berangkat ke Pangandaran, 5 cowo 3 cewe, mereka semua adalah teman seperguruan yang sudah saling mengenal dan belajar bersama selama lebih dari 4 tahun di jurusan Ajblktpv Fakultas KeTuHanan, hanya Idah yang berasal dari jurusan berbeda, hanya Arif yang mengenal Idah saat itu, Arif yang mengajak Idah untuk ikut ke Pangandaran. Sebenernya bukan hanya Idah orang dari luar jurusan Ajblktpv yang Arif ajak untuk ikut ke pangandaran, tapi cuma Idah yang bisa ikut. James juga ga bisa ikut, karena hari senin harus berangkat ke Belitung untuk membangun hutan tanaman, acara ngopi malem jum’at itu sebenarnya bisa jadi adalah momen ngopi bareng James yang terakhir, tapi ga ada satupun yang berfikiran seperti itu, karena ga ada satupun yang mengharapkan itu.

Garis takdir rupanya memang sejak awal menuliskan bahwa hanya 8 orang yang akan berangkat ke Pangandaran. Mereka adalah Arif, Kuma, Sule, Jebri, Gace, Loli, Udut, dan Idah. Paragraf ini akan menjelaskan siapa mereka. Pertama Arif, tadi sudah di jelaskan, kedua Kuma, yang ini  ga penting untuk dijelaskan, kemudian Sule, Jebri, Gace, Loli, dan Udut adalah temennya Arif di jurusan Ajblktpv, udah cukup segitu aja deskripsinya. Terakhir Idah, umur 22 tahun, tinggi 160 cm, berat badan 49 kg, ukuran sepatu 38, status : berkeluarga (punya ade, kaka, mamah, papah, dll), TTL: Bogor 30 Februari 1990, nama aslinya Syahidah, entah apa yang difikirkan bapaknya waktu ia lahir, gelar Syahid atau Syahidah itu kan buat orang meninggal, tapi yasudahlah, anak dia ini.

Okeh, sampai sini pasti pembaca berfikir ada sesuatu yang spesial antara Arif dan Idah.
P : qo tau siiih ? ..
Cih, itu karna fikiran kalian terlalu mudah ditebak
P : tyus tyus.. lanjutin donk ..
Najis, alayy banget si lo jadi pembaca
P : biaa..llii..n.. ayo lanjutin celitanya..
Oke, gua lanjutin, tapi sebelumnya ada sedikit klarifikasi yang harus gua utarakan, kalo lo berfikir bahwa ada sesuatu yang spesial antara Arif dan Idah, anda SALAH !!, dan satu kabar buruk lagi untuk kalian pembaca yang alay!! Blog ini didedikasikan untuk menjelaskan INDONESIA dari dimensi kecilnya, setelah ini gua akan lebih banyak bercerita tentang alam Pangandaran.
P : ih iii...h,, tadi katanya Arif memiliki kisah yang tidak seorangpun tau kecuali orang2 yang udah selesai baca tulisan ini ...
Iya.. gua tetep harus menyelesaikan kisah itu.
P : masih ada cinta cintaannya khaa..n?
Iye iye.. dasar orang indonesia !!


Lo liat citra satelit di atas?
P : mana? Diatas aku cuma ada genteng
Ck, diem aja lah maneh centil !! nah, itu adalah pangandaran jika diliat dari satelit, bagian utara yang pipih seperti leher itu terus memanjang sekitar 2 km hingga terhubung dengan pulau Jawa dari laut selatan, di tepi kanan dan kiri bagian yang menyerupai leher tersebutlah yang orang bilang pantai pangandaran, di bagian selatan yang tutupan hutannya rapat adalah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran, sebenernya pantai yang ada di dalem Taman Wisata Alam itu jauh lebih cantik daripada pantai di bagian utara yang lebih banyak orang kunjungi, itulah destinasi “laskar ga’ kepikiran” dalam perjalanan ini. Nah, garis warna biru sama bendera-bendera kecil yang ada tulisannya itu apa tebak?

01 Februari 2013
Sesuai rencana, “laskar ga’ kepikiran” berangkat dari kampus jam 16.00, sebenernya agak telat setengah jam, kalo masih setengah jam kami masih bisa bilang “agak telat”. Dari Bogor ga ada bis yang langsung ke Ciamis, harus ke terminal Depok dulu, kalo dari Depok ada bis jurusan Pangandaran malah, ongkosnya 63 rebu. Mereka berangkat jam 16.00 supaya dapet bis yang berangkat jam 19.00 dari Depok dan nyampe Pangandaran jam 05.00, dari terminal Pangandaran ke Cagar Alam kan nyusur pantai tuh, enaknya jam segitu toh supaya sambil nyusur pantai ada sunrise yang menemani, hanya dengan membayangkannya aja gua udah merinding bro. Menyusuri pantai 1 kilometer sambil menikmati sunrise bro.. bareng cewe bro.., cakep lagi #ups. Tapi sayang sekali saudara-saudara, kenyataannya jam 19.00 bocah-bocah ini masih ngajedog di stasiun Bogor karena KRL ekonomi belum juga berangkat.

 ZONK !! ....

Na’as.. jam setengah delapan-an baru nyampe stasiun Depok Baru, lo tau? Ini adalah stasiun yang misterius, setelah turun dari kereta lo akan dihadapkan pada tangga yang akan membawamu ke alam bawah tanah (biasa aja deh), setelah itu lo akan dihadapkan pada kondisi dimana tidak ada pilihan lain kecuali belok kiri atau kanan (sumpah biasa aja kali), Sule yang udah sering pulang ke Ciamis lewat sini mengarahkan kawan kawannya untuk memilih kiri.. kemudian kanan.. kemudian nyasar.. (anjis bikin malu siah), tapi emang dasar ga punya malu, kawanan penyamun ini malah ketawa-ketawa girang sambil muter-muterin stasiun. Jika anda membayangkan penyandang cacat mental berjalan mengangkang bersamaan dengan tangan menekuk dan mata juling, itulah mereka. Terminal dan stasiun Depok Baru itu sebelahan, jadi ga perlu naek angkot, yang anda perlukan hanya kulit muka yang tebal untuk pura-pura ketawa kalo-kalo nyasar, dan ingat! Prinsip backpacker nomor 1: Jangan malu bertanya.

Bis akan berangkat jam 20.00, bocah-bocah ini memilih tempat duduk dikomandoi oleh Kuma, Jebri dan Sule, mereka mendesain tempat duduk sedemikian rupa sehingga Arif dan Idah harus duduk berdua, Udut segera ngajak Loli untuk duduk sebelahan, Kuma ngajak Gace, dan Sule ngajak Jebri. Arif yang terlambat menyadari skenario itu sukses masuk perangkap secara telak, ga mungkin Arif memilih duduk sendiri karena itu berarti membiarkan Idah sang gadis desa yang lugu itu duduk sendirian selama 10 jam, gimana kalo nanti kursi sebelah Idah diisi oleh om-om dari sindikat penculik gadis desa yang sedang mencari nafkah? Dan akhirnya, Arif dan Idah duduk bersebelahan, menghabiskan malam bersama, bercengkrama membagi cerita dan tawa, mengenal satu sama lain lebih dekat lagi, dan.. lo fikir ini romantis? Dasar pembaca alay!! Udah gua bilang bahwa Arif dan Idah hanya teman biasa, Arif udah menjelaskan semuanya di warkop, pembicaraan antar pria di warkop adalah tentang transparansi, temen-temennya yang ngeceng-cengin mereka pada dasarnya faham akan hal itu, mereka cuma nyari hiburan aja ngeledekin Arif dan Idah.

 Ada romance lain kah kaka..?

Kalo anda pernah merasakan perjalanan 10 jam di dalam bis, berarti gua ga harus ngejelasin bagian ini, kalo belum pernah.. euuh.. cobain aja lah, males gua ceritainnya. Kursi di depan Loli dan Udut ternyata diisi oleh dua anak mungil yang kaya’nya masih TK, dan kaya’nya kembar deh, namanya Ajeng dan Dimas, Ajeng cewe Dimas cowo, dua-duanya sama-sama imut, Arif hampir tak kuasa menahan hasrat pedofilnya yang memuncak, terutama pada Dimas (aih ngeri kali kaka). Dua anak mungil ini senang sekali bercengkrama dengan Udut. Dalam kesehariannya Udut memang orang yang biasa bersikap manis, kecuali pada cowok-cowok belangsakan kayak kami-kami ini, anak kecil emang suka sama yang manis-manis, kalo ga hati-hati Udut bisa aja ditelen sama mereka. lo tau kan? Bis AC tu kalo lagi jalan malem lampunya dimatiin, tapi kalo berhenti pas ngisi bensin atau ada penumpang turun maka lampunya dinyalain, nah setiap lampu menyala, dari dua kursi di depan Udut selalu menyembul dua kepala kecil dan tawa polos-nya Ajeng dan Dimas, dan selalu ada Udut yang membalas senyum mereka.

“haa..i, kok ga tidur?” Udut lagi so’ imut tea gening
“udah tidur tadi” Ajeng mewakili Dimas menjawab pertanyaan pertama, hadiahnya piring terbang, Ajeng emang lebih aktif secara interpersonal dibandingkan Dimas.
“udah malem tau’ anak kecil tuh harus tidu..r”
“udah tidur tadi.. kalo sekarang ga mau tidur ga boleh dipaksa tau kaka” wuahahah,,Ajeng menggurui Udut, kawanan perompak yang biasanya jilat-jilat golok pun dibuat tertawa oleh tingkahnya.

Sementara itu, Arif yang dari tadi duduk menekuk lutut dan menekan jantungnya sambil mengontrol nafas yang tidak beraturan karena menahan hasrat pedofilnya mulai masuk forum dan angkat bicara.

“Dimas, yang tadi dimas panggil kaka tuh siapa?” Arif berbicara dengan mata memerah dan leher terikat rantai yang ditarik sekuat tenaga oleh Kuma agar tidak lepas kendali.
“yang ini kaka yang ini nenek” lagi-lagi Ajeng yang mewakili Dimas untuk menjawab pertanyaan kedua, hadiahnya pencukur kumis, telunjuk Ajeng menunjuk ke Udut saat menyebut kaka kemudian menunjuk Loli saat menyebut nenek. Lagi-lagi kawanan perompak dibuat tertawa terbahak terpingkal terlanjur terserah teringgiling (naon sih?).

“emang cantikan mana yang ini sama yang ini?” Arif melanjutkan dialog sambil nunjuk ke kepala Loli dan Udut, kelihatannya pertanyaan ketiga ini cukup sulit, Ajeng dan Dimas tidak menjawab dan kembali duduk menghadap kedepan, sekedar informasi, Ajeng dan Dimas hanya bisa keliatan dari belakang kalo lagi berdiri, sehingga ketika mereka duduk wajah imutnya tidak lagi terlihat karena terhalang sandaran korsi. Arif sangat kecewa, sungguh kecewa, alasan baginya untuk tetap hidup kini sirna seluruhnya, 0,73 detik sebelum Arif gantung diri, Ajeng dan dimas tiba-tiba muncul kembali.

“kata Dimas, cantikan yang ini” SELAMAT, ANDA MENDAPATKAN GRANDPRIZE.. TENGNONG TENGNONG TENGNONG, pertanyaan terakhir terjawab, masing-masing dari mereka memperoleh pensil mekanik !! luar biasa !! Ajeng selaku juru bicara dari Dimas menunjuk Udut saat mengutarakan jawaban. Sangat kontradiktif dengan mainstream yang selama ini dianut oleh perompak-perompak dari jurusan Ajblktpv. Loli sang primadona kampus, pujaan hati seluruh perompak di dunia akherat, ternyata bukan apa-apa di mata Dimas? Ternyata keimutan wanita tidak hanya terletak pada rupa, tapi juga prilakunya (Alanshary, 2013).

02 Februari 2013
Sekarang jam 04.30, semua anggota “laskar ga kepikiran” sudah terlelap, kecuali Arif. Posisi bis saat ini sudah di Ciamis, sedang mendekati terminal Banjarsari, sudah saatnya Ajeng dan Dimas turun karena disanalah rumah mereka, lampu bis mulai dinyalakan, dengan cepat Ajeng dan Dimas berdiri dan langsung menghadap ke belakang, mengharap ada yang membalas senyum mereka, atau minimal ucapan “sampai ketemu lagi”, tapi yang mereka dapati cuma kaka-kaka yang sedang terlelap. Lampu bis menyala cukup lama sebelum sampai terminal Banjarsari, ibunya Dimas dan Ajeng yang sudah selesai membereskan barang bawaannya menyuruh Ajeng dan Dimas untuk ikut ke kursi bis paling depan untuk bersiap-siap turun, Ajeng dan Dimas yang sedari tadi berdiri sambil menggenggam harap “mungkin si kaka akan bangun sebentar lagi” tidak punya pilihan selain pergi tanpa memperoleh satupun kata perpisahan dari si kaka.

Bis sampai di terminal Pangandaran jam 06.00, dari terminal jalan 1 km menuju pantai barat Pangandaran, tadinya mau lewat pantai timur, tapi dasar si Arif so’ tau, mentang-mentang bawa GPS merek Garmin E-trex, dia so’ mengomandani perjalanan eh nyampe-nyampe di pantai barat, lagian percuma juga lewat pantai timur kalo udah jam segini mah, udah ga ada sunrise, seandainya bisa tiba di tempat ini satu jam lebih cepat aja, pasti bisa dapet sunrise. Suasana saat itu puanas rek, ga kepikiran bakalan jadi kaya gini, ini semua gara-gara KRL Ekonomi!! Kalo kereta berangkat sesuai jadwal (jam 18.30) ga bakal begini jadinya, tapi yasudahlah, apa yang bisa lo harepin dari transportasi publik dengan tiket seharga Rp 2000, pas di stasiun sebenernya Arif mengusulkan untuk naek kereta commuter line aja yang berangkat jam 17.30, tapi kawan-kawan lain memilih kereta ekonomi, supaya dapet feel backpacker-annya. Batin kecil Arif bertarung saat itu.

Batin kecil Arif 1 : sadar Rif.. KRL ekonomi itu untuk operasionalnya menggunakan dana subsidi yang bukan hak kita, bujuk teman-temanmu untuk naik commuter line aja
Batin kecil Arif 2 : iya sadar rif.. betul kata si Batin kecil Arif 1.
Batin kecil Arif 1 : oi, lo harusnya ga sependapat sama gua, kan lagi perang batin ceritanya..
Batin kecil Arif 2 : ........ oh maap, ga kepikiran sayah.


Dan.. sudah 2207 kata yang tertuang di tulisan ini ternyata, BAB III draft skripsi gua aja baru 1850 kata. Fase yang benar-benar berbeda dari perjalanan ini baru akan dimulai, tapi kayaknya mening gua beresin skripsi dulu aja. Bersambung dulu yee ..